Breaking News

Sebelum Gabung AC Milan, Mark Van Bommel Sering Bikin Masalah

Mark van Bommel memang tak bisa dipisahkan dari Bayern Munich, tapi ada kisahnya yang menarik dibalik keputusannya memutuskan kontrak dengan klub Jerman itu untuk bergabung ke AC Milan.

Mark van Bommel (sumber: sportskeeda.com)
Kharisma dan kepemimpinan Mark van Bommel sangat dihormati sepanjang karirnya di Bayern Munchen. Namun tidak mengherankan juga, Van Bommel terlibat insiden-insiden tertentu, seperti perkelahian dengan Fernando Meira di Stuttgart pada 2007, atau saat menyikut Lionel Messi pada kekalahan semifinal Liga Champions 2009 atas Barcelona.
"Mark selalu menjadi pemimpin, kekuatan pendorong di lini tengah - tidak pernah menyerah," kata jurnalis Internasional Voetbal, Marco Timmer kepada ESPN FC (23/10/2018).
"Mentalitasnya adalah kekuatan terbesarnya, selalu bermain di batas garis atau di atasnya saat dibutuhkan," katanya mengomentari permainan keras Van Bommel.
Dalam dua setengah tahun dengan ban kapten Bavaria, Van Bommel menjadi kapten non Jerman pertama Bayern yang sukses mengangkat trofi, saat mengamankan tropi Bundesliga dan DFB-Pokal pada 2009/10.
Di bawah asuhan mantan manajer tim nasionalnya Louis van Gaal, Van Bommel juga membawa Bayern ke final Liga Champions 2010, meskipun kalah 2-0 dari Internazionale. Waktunya bersama Louis van Gaal di Bayern Munich juga bermasalah yang berujung kepindahannya ke AC Milan.
Menyusul kekalahan di Piala Dunia 2010, Van Bommel kembali ke Bayern dalam keadaan yang sangat berbeda. Sekarang ia berusia 33 tahun dan semakin berselisih dengan Van Gaal. Sebagai kapten klub, ia merasa bertanggung jawab untuk melawan Van Gaal dan membela rekan satu timnya di hadapan kritik abstrak yang terkenal dari sang pelatih.
Louis Van Gaal (sumber: Getty)
"Itu tahun yang sukses (2009). Kami memenangkan Bundesliga, Cup, dan berada di final Liga Champions," kata Van Bommel, dilansir dari dailymail.co.uk (17/6/2015).
"Tapi itu adalah perubahan besar bagi klub. Kami sebelumnya memiliki (Jurgen) Klinsmann dan kemudian Van Gaal datang dan itu sama sekali berbeda. Dia ingin mengubah seluruh klub. Itu adalah perubahan budaya dari Jerman ke Belanda. Itu benar-benar berbeda dan kami memiliki sedikit masalah pada awalnya."
"Waktu yang diberikan dia punya ide bagus bagaimana bermain di lapangan. Tetapi dia tidak mudah untuk diajak bekerja sama - hanya jika Anda memiliki argumen yang bagus dia akan mendengarkan."
Van Gaal dikatakan sangat percaya diri dengan kemampuannya sendiri dan beberapa mengatakan mungkin sedikit berlebihan dalam tuntutan yang ia tempatkan pada para pemainnya.
Van Bommel menjadi pilar AC Milan (sumber: AFP)
Menyusul diskusi panas pada bulan Desember 2010, bulan berikutnya Van Gaal menandatangani gelandang bertahan Hoffenheim, Luiz Gustavo sementara juga mencopot ban kapten Van Bommel.
Sebagai respon, Van Bommel meminta untuk dibebaskan dari kontraknya enam bulan lebih awal untuk menemukan klub baru, dengan agennya Mino Raiola memanfaatkan koneksinya untuk mengamankan kesepakatan dengan AC Milan.
Mendapat kartu merah pada laga debutnya di Serie A melawan Catania, Van Bommel bangkit kembali untuk menawarkan pelatih Milan, Max Allegri pilihan lini tengah yang sangat dibutuhkan di tengah krisis cedera.
Kedatangan Van Bommel sebagian besar dikreditkan memberi stabilitas yang membawa Milan meraih Scudetto terakhir mereka di musim 2010-11, secara pasti menggeser posisi Andrea Pirlo.