Parma 1996-97, Tim Legendaris yang Gagal Mendapat Scudetto
Klub asal Italia AC Parma pernah menjadi sensasi di Serie A Italia pada masa kejayaan Liga Italia di era 1990an. Mereka mampu memenangi berbagai macam tropi diantaranya 2 UEFA Cups, 1 Cup Winners’ Cup, 3 Coppa Italia dan 1 Italian Super Cup. Namun penyesalan terbesar mereka adalah belum mampu menyabet gelar Scudetto.
Pencapaian terdekat mereka akan Scudetto terjadi pada musim 1996-97. Parma yang saat itu diperkuat kiper muda Gianluigi Buffon, Lilian Thuram, Enrico Chiesa, dan Hernan Crespo hanya mampu finis di urutan kedua di belakang sang juara, Juventus.
Pelatih Parma saat itu, Carlo Ancelotti masih menggunakan formasi 4-4-2 yang merupakan warisan dari guru dan mantan pelatihnya di Milan, Arrigo Sacchi. Ancelotti yang baru saja ditunjuk menjadi pelatih membuat perombakan pada skuad Parma. Pemain-pemain kunci seperti Hristo Stoichkov, Filippo Inzaghi, Lorenzo Minotti dan Fernando Couto ditransfer ke luar klub.
Parma asuhan Ancelotti tidak mencetak banyak gol; hanya 41 sepanjang musim, namun mereka dikawal di belakang oleh Fabio Cannavaro dan Nèstor Sensini, dengan Lillian Thuram di bek kanan dan Antontio Benarrivo di kiri. Mereka kebobolan hanya 26 gol, dua lebih banyak dari juara Juventus.
Perburuan Parma terhadap Scudetto sendiri termasuk lambat. Mereka baru berhasil masuk ke posisi kedua di penghujung musim, bulan Maret. Bahkan mereka sempat melalui masa kemarau kemenangan sejak bulan Oktober hingga Desember dan mereka hanya mampu bertengger di posisi sebelas di liga.
Sistem permainan Ancelotti memang tidak mendapatkan hasil instan, namun dua kemenangan berturut-turut atas Milan dan Juventus di pertengahan musim itu menjadi titik balik perjalanan mereka dalam mengejar scudetto.
Sistem permainan Ancelotti memang tidak mendapatkan hasil instan, namun dua kemenangan berturut-turut atas Milan dan Juventus di pertengahan musim itu menjadi titik balik perjalanan mereka dalam mengejar scudetto.
Perebutan Scudetto mencapai titik akhir ketika peringkat pertama Juve dan Parma di bawahnya bertemu ketika liga hanya menyisakan tiga pertandingan saja. Kemenangan untuk Parma akan membuat jarak poin dengan Juventus berkurang menjadi tiga poin, dan membuka peluang Parma merebut scudetto dari Juve.
Jalannya Pertandingan
Parma berhasil memimpin terlebih dahulu setelah setengah jam berjalannya pertandingan ketika pemain Juventus Zinedine Zidane mencetak gol bunuh diri dari tendangan sudut Parma. Namun, dua menit sebelum jeda, Juve menyamakan kedudukan melalui gol kontroversial ke gawang Parma.
Parma berhasil memimpin terlebih dahulu setelah setengah jam berjalannya pertandingan ketika pemain Juventus Zinedine Zidane mencetak gol bunuh diri dari tendangan sudut Parma. Namun, dua menit sebelum jeda, Juve menyamakan kedudukan melalui gol kontroversial ke gawang Parma.
Zidane melemparkan umpan silang ke kotak penalti untuk Christian Vieri, yang segera melemparkan dirinya ke lantai, menyiratkan bahwa Cannavaro telah menarik bajunya. Wasit Pierluigi Collina, yang biasanya bukan merupakan pria yang mudah terpengaruh oleh tekanan dari kerumunan supporter tuan rumah, justru memberikan penalti untuk Juventus. Nicola Amoruso mengeksekusi penalti dan berhasil menyamakan kedudukan, 1-1.
Keputusan tersebut jelas membangkitkan amarah Parma. Gelandang Parma, Massimo Crippa mendapat kartu merah dan dikeluarkan dari lapangan. Pelatih Carlo Ancelotti juga dihukum karena melakukan protes. Permainan berakhir dengan skor imbang 1-1 tetapi jarak antara kedua klub sekarang tetap enam poin. Dengan hanya dua pertandingan tersisa Parma sudah tidak bisa menyalip poin Juve di klasemen Serie A. Perebutan gelar pun berakhir di sini
Juventus kemudian mendapatkan poin yang mereka butuhkan dalam pertandingan liga berikutnya melawan Lazio untuk mengamankan scudetto. Meskipun Parma tetap memenangkan dua pertandingan terakhir mereka, menutup selisih menjadi dua poin dan lolos ke Liga Champions Eropa, mereka harus merelakan gelar scudetto jatuh ke tangan Juventus dan finis sebagai runner-up.
Walaupun Parma masih mempertahankan statusnya sebagai klub papan atas Italia beberapa musim ke depan, mereka tidak pernah sedekat ini lagi untuk mendapatkan gelar liga, sebelum akhirnya mengalami krisis finansial di tahun 2002.
Walaupun Parma masih mempertahankan statusnya sebagai klub papan atas Italia beberapa musim ke depan, mereka tidak pernah sedekat ini lagi untuk mendapatkan gelar liga, sebelum akhirnya mengalami krisis finansial di tahun 2002.
Sumber data: transfermarkt.com, gentlemanultra.com