Armando Picchi, Kapten Hebat Grande Inter
Jika membahas era Grande Inter, hampir tidak bisa untuk tidak membahas sepakbola defensif ‘catenaccio’ dan sang pelatih yang membawanya, Helenio Herrera. Namun kali ini kita akan membahas pemimpin tim Italia itu, Armando Picchi.
Armando Picchi (sumber: inter.it) |
Di belakang
setiap tim hebat pastilah ada suara penuntun. Untuk Grande Inter milik Helenio Herrera, suara itu adalah Armando
Picchi. Dia menjalankan visi Herrera menuju kesempurnaan selama periode yang
bisa dibilang paling sukses dalam sejarah klub.
Armando
Picchi datang ke Inter pada tahun 1960. Dia menarik perhatian manajer klub yang
baru ditunjuk, Helenio Herrera saat bermain di SPAL musim sebelumnya. Saat itu,
Inter menderita kekeringan gelar selama enam tahun. Kepemimpinan klub memandang
Herrera untuk mengembalikan mereka ke jalan kemenangan.
Catenaccio Herrera dan Peran Penting Picchi
Filosofi taktik ikonik Herrera memberi Inter tiga
gelar Serie A, dua Liga Champions Eropa, dan dua Piala
Intercontinental selama periode 1960-1968.
Formasi 5-3-2
milik Herrera menggunakan empat bek yang dibagi menjadi dua kelompok,
masing-masing mengapit seorang sweeper di belakang garis pertahanan Inter.
Peran sweeper ini diisi oleh kapten dan legenda Inter, Armando Picchi.
Permainan
Inter dimulai dari Picchi yang kemudian memberikan bola ke sang Arsitek, Luis
Suarez atau memberikannya ke kedua wingback yang dengan cepat akan melemparkan
bola ke garis depan.
Picchi
awalnya didapuk sebagai bek kanan. Keputusan ini bukannya tidak berhasil.
Justru sebaliknya, dimana Picchi membantu Inter mengamankan tempat ketiga di
Serie A selama musim 1960-61 dan posisi dua musim berikutnya.
Meskipun tim
tampaknya membuat kemajuan, ada sesuatu yang hilang. Pemilik klub, Angelo
Moratti sudah tidak merasakan scudetto selama hampir satu dekade dan memberi
deadline satu musim untuk Herrera mencapainya.
Sebelum musim
1962-63, Herrera mengubah pertahanan menjadi empat bek. Ia juga memilih untuk
menempatkan libero atau sweeper di antara kiper dan lini belakang, menawarkan
lapisan keamanan tambahan. Pemain yang dipilih untuk peran ini tidak lain
adalah Armando Picchi.
Namun, Picchi
bukanlah pemain yang mengesankan dari sisi fisik. Apa yang tidak ia miliki
dalam hal fisik, ia menebusnya dengan insting, kecerdasan, dan penguasaan
teknisnya. Picchi menjadi perpanjangan dari Helenio Herrera di lapangan. Perubahan
ini lantas melahirkan catenaccio milik Herrera dan merevolusi sepak bola
Italia.
Picchi
bukanlah seperti bek umumnya pada saat itu. Disaat bek lain memilih membuang
bola setelah merebutnya, Picchi lebih suka untuk mengontrol permainan layaknya
seorang regista. Dia akan sering memulai serangan dari belakang dengan umpan
presisi atau menggiring bola ke arah lini tengah sebelum memberikannya kepada
rekan satu tim.
Inter
memenangkan gelar Serie A pertama mereka dalam sembilan tahun pada tahun 1963,
hanya kebobolan 20 gol dalam 34 pertandingan. Membuktikan ampuhnya revolusi
taktik Herrera dan Picchi yang menjadi kepanjangan tangan sang pelatih di
lapangan.
Formasi Catenaccio Herrera (sumber: koleksi pribadi) |
Picchi sebagai Kapten Inter
Bruno Bolchi,
yang pernah menjadi kapten Inter, meninggalkan klub setelah musim 1962-63.
Pemain lengkap menampilkan satu atribut di atas yang lainnya: kepemimpinan.
Picchi menginspirasi
rekan-rekan setimnya, membuat suaranya terdengar di lapangan, dan memainkan
permainan dengan sempurna. Akibatnya, ia dianugerahi kapten Inter sebelum musim
1963-64.
Kampanye
pertama Inter dengan Picchi sebagai kapten mereka adalah keberhasilan yang
monumental. Untuk pertama kalinya dalam sejarah klub, Inter memenangkan Liga
Champions Eropa.
Keberhasilan
klub rival, AC Milan memperoleh tropi Liga Champions pertama mereka di tahun
1963 memotivasi Inter untuk ikut memenangkannya. Setelah akhirnya berhasil
merebut scudetto di musim 1962-63, Inter berhak menjadi wakil Italia di Liga
Champions untuk musim 1963-64, menemani Milan yang merupakan juara bertahan edisi
sebelumnya.
Perjalanan
Milan terhenti di perempat final di tangan Real Madrid, yang maju terus ke
final. Inter justru tampil perkasa dan keluar sebagai juara setelah mengalahkan
Madrid di final.
Grande Inter (sumber: sportskeeda.com) |
Inter hanya
kebobolan lima gol dari sembilan pertandingan mereka di Eropa musim 1963-64. Menjadi
yang terbaik melawan juara bertahan dari Inggris, Jerman, Spanyol, Prancis, dan
Yugoslavia.
Bermain
dengan sepak bola bertahan dan mengandalkan serangan balik cepat, Inter justru
berhasil menghancurkan Real Madrid dengan skor 3-1. Inter berhak membawa tropi Liga Champions pertama
mereka berkat dua gol dari legenda Sandro Mazzola dan satu gol dari Aurelio
Milani.
Di
pertandingan final tersebut Inter menunjukkan superioritasnya dengan
catenaccio. Dengan pertahanan yang dalam, man-to-man marking, dengan Picchi
menyapu bola yang lepas. Kemenangan ini ternyata menjadi awal mula dari
kejayaan Inter di kompetisi Eropa.
Kehebatan
Armando Picchi di Inter dapat diukur dengan fakta bahwa membutuhkan lebih dari
dua dekade setelah kepergiannya sebelum klub mendekati kesuksesan generasi
"Grande Inter".
Secara
keseluruhan, Picchi memenangkan tiga Scudetti, dua Piala Eropa, dan dua Piala
Intercontinental di Inter, semuanya dalam kurun waktu empat tahun. Dia bisa dibilang
salah satu pemain paling cerdas yang pernah memainkan permainan yang indah.
sumber referensi: inter.it, thesefootballtimes.co, sempreinter.com