Saat AC Milan Hancurkan Ajax di Final Liga Champions Eropa 1969
AC Milan menambah koleksi piala Liga Champions Eropa mereka di tahun 1969 ketika mereka mengalahkan Ajax di final.
Nereo Rocco dan Pierino Prati mengangkat tropi Liga Champions Eropa (sumber: magliarossonera.it) |
Nereo Rocco, pelatih legendaris yang menghantarkan Milan meraih piala Liga
Champions Eropa pertama mereka pada 1963 justru memilih pindah ke Torino di
musim berikutnya. Rocco diberikan tugas untuk
menstabilkan Torino yang sedang dalam masa pemulihan akibat
tragedi Superga yang menghancurkan Grande Torino. Rocco pun dengan sukses melaksanakan tugasnya dengan membawa Torino finis
di urutan ketiga Serie A pada musim 1964-65, musim keduanya di klub tersebut.
Setelah empat musim melatih Torino, pada tahun 1967, Rocco akhirnya kembali
menukangi AC Milan. Ia segera meneruskan masa kejayaan Milan memenangkan scudetto yang membawa mereka akhirnya bisa berlaga
kembali di Liga Champions Eropa di musim berikutnya.
Rocco langsung berhasil kembali membawa AC Milan menuju final kala itu setelah mengalahkan juara bertahan Manchester United yang diperkuat pemain legendaris, Denis Law di semifinal. Ini adalah pertandingan final Liga Champions ketiga dalam sejarah Milan. Lawan kali ini adalah juara Belanda, Ajax Amsterdam yang diperkuat Johan Cruyff.
Rocco langsung berhasil kembali membawa AC Milan menuju final kala itu setelah mengalahkan juara bertahan Manchester United yang diperkuat pemain legendaris, Denis Law di semifinal. Ini adalah pertandingan final Liga Champions ketiga dalam sejarah Milan. Lawan kali ini adalah juara Belanda, Ajax Amsterdam yang diperkuat Johan Cruyff.
Catenaccio Milan melawan totaalvoetbal Ajax
Skuad Milan di Final melawan Ajax, 1969 (sumber: magliarossonera.it) |
Pertandingan final dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 1969 di Santiago Bernabéu, Madrid. Milan menerapkan formasi 4-3-3. Posisi kiper diisi Fabio Cudicini kemudian di depannya diisi oleh Angelo Anquilletti, Karl-Heinz Schnellinger, Roberto Rosato, dan Saul Malatrasi. Lini tengah Milan ditempati oleh Giovanni Trapattoni, Giovanni Lodetti, dan kapten Gianni Rivera. Sedangkan lini depan diisi oleh Kurt Hamrin, Angelo Sormani, dan Pierino Prati.
Nereo Rocco menentang desakan dari berbagai media di Italia untuk mengubah sistem permainannya demi menetralisir Cruyff. Ia lebih memilih untuk meyakinkan para pemainnya bahwa taktiknya akan membuat mereka menang.
Nereo Rocco menentang desakan dari berbagai media di Italia untuk mengubah sistem permainannya demi menetralisir Cruyff. Ia lebih memilih untuk meyakinkan para pemainnya bahwa taktiknya akan membuat mereka menang.
Meski menerapkan sistem catenaccio yang dikenal akan kualitas pertahannya, Milan justru
mencetak gol terlebih dahulu lewat Pierino Prati pada menit 8.
Prati kemudian menambah golnya di menit 40, menutup babak pertama dengan skor
2-0 untuk keunggulan Milan. Hal ini tentu membuat Ajax kaget.
Jalannya pertandingan di babak kedua pun berjalan sama. Ajax gagal
membongkar pertahanan rapat yang dipimpin bek legenda Italia, Roberto
Rosato. Serangan demi serangan Ajax berhasil dimentahkan
Milan. Cruyff yang hebat bahkan tidak bisa mendekati bola.
Ajax mampu memperkecil ketertinggalan menjadi 2-1 melalui titik
penalti di menit 60. Namun, penyerang Angelo Sormani justru
menambah derita Ajax dengan mencetak gol ketiga Milan. Prati
akhirnya menyelesaikan hat-tricknya
pada menit 75. Milan unggul 4-1.
Tidak ada gol tambahan tercipta hingga akhir pertandingan. Kemenangan 4-1 menghantarkan AC Milan kepada piala Liga
Champions Eropa kedua mereka, mengubur impian Ajax mendapat piala Liga Champions di
final pertama mereka.